Hmm, I often listening and looking many mom have some problems about temperamen of her child. First , I think child abuse is normaly. But, lama kelamaan, I think it”s not true. Child must be teached about his/her attitude from little. But, how to teach them?? i don’t know the answer too. And I think it is not the small problem to. And someday, I read this artikel and I hope it can help some mom to teach her child about chile attitude. Selamat mencoba..^^
Anda pernah mengalami masalah dengan anak, seperti suka membantah atau bahkan kadang marah-marah tanpa alasan jelas? Kalau iya, semoga apa yang saya bahas dalam catatan ringan kali ini bisa bermanfaat.
Nah, apa yang dialami itu sebenarnya terjadi karena memang beberapa anak memiliki masalah dengan self control. Nah, bentuk-bentuk perilaku anak jika hal ini terjadi biasanya adalah: membantah permintaan orangtuanya, melanggar berbagai macam aturan yang biasanya diterima anak lain, dan memiliki masalah dalam menangani rasa marahnya sendiri.
Bagaimana jika hal tersebut terjadi? Ada beberapa kiat yang mungkin bermanfaat untuk mengatasinya ini:
Yang pertama, yaitu dengan child self control success plan 1: yakni mengajarkan anak untuk dapat mematuhi perintah orangtua. Cara yang bisa dilakukan di sini antara lain:
Step 1
Orangtua harus memberi perintah yang jelas. Mengapa ini penting? Sebab, kadang-kadang yang menjadi penyebab anak tidak patuh sebenarnya adalah perintahnya yang kurang jelas. Contoh perintah yang kurang jelas seperti: “Jangan cengeng!!” Atau, bisa juga terjadi orangtua yang memberikan perintah terlalu banyak dalam satu waktu. Contohnya: “Beresin mainannya, mandi, ganti baju, terus makan!” dll. SEHARUSNYA: Berikan perintah yang spesifik, satu perintah dalam maksimal 10 kata, seperti: “Matikan TV-nya sekarang!”
Step 2
Gunakan peringatan yang efektif, yakni dengan menggunakan pola kalimat: Jika…. maka…. Contoh: “Jika kamu tidak mematikan TV-nya sekarang, maka minggu ini kita tidak ke kebun binatang!”
Step 3
Mengambil hak spesial yang dimiliki anak, jika ia tidak menurut. Contoh, yakni dengan mengambil hak anak untuk menonton TV kalau belum selesai mengerjakan PR. Atau, bisa juga dengan melarang anak untuk menonton TV selama 24 jam sampai anak mematuhi perintah yang diberikan.
Step 4
Calm down and stay cool. Mengatasi anak dengan self control yang kurang memang sulit, tapi sangat penting bagi orangtua untuk tetap tenang dan sabar untuk menghindari “power struggle”. Ini agar nantinya tidak terjadi ribut teriak-teriak tidak jelas dari anak dan orangtua.
Step 5
Terus lakukan langkah di atas dengan konsisten dan persistence (teguh)
Success Plan 2
Ini berhubungan dengan bagaimana mengajarkan anak untuk mengikuti aturan. Selama ini, banyak orangtua menganggap kalau anak sudah memahami aturan-aturan yang diberikan. Tapi, tahukah Bunda bahwa sebenarnya, pemahaman anak kadang-kadang belum sampai. Karena, bisa jadi orangtua tidak menyatakan aturan secara eksplisit apa saja aturannya. Atau, bisa juga karena peraturan itu sudah dinyatakan, tetapi anak "lupa". Nah, untuk mengatasi hal ini, maka akan sangat membantu jika kita mengkomunikasikan aturan yang penting dengan jelas pada anak kita. Apa dan bagaimana caranya? Berikut beberapa hal yang bisa Bunda lakukan….
Langkah 1: yakni dengan menentukan tingkah laku yang diharapkan. Cara seperti ini bisa dimulai dengan duduk bersama dan mendiskusikan aturan-aturan yang sering dilanggar. Sering kali, peraturan ini berhubungan dengan tingkah laku yang para orangtua harus ingatkan pada anak untuk diikuti. Sebagai contoh, pamit jika mau pergi, atau perintah mengerjakan PR setiap hari.
Langkah 2: tentukan hak-hak khusus yang bisa didapatkan ketika anak menurut. Dan, sebaliknya, tentukan juga apa yang akan dihilangkan haknya ketika anak melanggar aturan. Misalnya, nonton TV, main komputer/game.
Langkah 3: buatlah secara spesifik bagaimana tingkah laku yang diharapkan berkaitan dengan hak-hak khusus tadi. Misalnya, buatlah bagan seperti berikut:
• Jika mengerjakan PR ==> boleh maen game dua jam
• Jika tidak membuat PR ==> tidak boleh maen game dua jam
Ini berhubungan dengan bagaimana mengajarkan anak untuk mengikuti aturan. Selama ini, banyak orangtua menganggap kalau anak sudah memahami aturan-aturan yang diberikan. Tapi, tahukah Bunda bahwa sebenarnya, pemahaman anak kadang-kadang belum sampai. Karena, bisa jadi orangtua tidak menyatakan aturan secara eksplisit apa saja aturannya. Atau, bisa juga karena peraturan itu sudah dinyatakan, tetapi anak "lupa". Nah, untuk mengatasi hal ini, maka akan sangat membantu jika kita mengkomunikasikan aturan yang penting dengan jelas pada anak kita. Apa dan bagaimana caranya? Berikut beberapa hal yang bisa Bunda lakukan….
Langkah 1: yakni dengan menentukan tingkah laku yang diharapkan. Cara seperti ini bisa dimulai dengan duduk bersama dan mendiskusikan aturan-aturan yang sering dilanggar. Sering kali, peraturan ini berhubungan dengan tingkah laku yang para orangtua harus ingatkan pada anak untuk diikuti. Sebagai contoh, pamit jika mau pergi, atau perintah mengerjakan PR setiap hari.
Langkah 2: tentukan hak-hak khusus yang bisa didapatkan ketika anak menurut. Dan, sebaliknya, tentukan juga apa yang akan dihilangkan haknya ketika anak melanggar aturan. Misalnya, nonton TV, main komputer/game.
Langkah 3: buatlah secara spesifik bagaimana tingkah laku yang diharapkan berkaitan dengan hak-hak khusus tadi. Misalnya, buatlah bagan seperti berikut:
• Jika mengerjakan PR ==> boleh maen game dua jam
• Jika tidak membuat PR ==> tidak boleh maen game dua jam
Success Plan 3, yakni tentang bagaimana mengajarkan anak untuk mengelola kemarahan (anger management).
Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Langkah 1: tentukan jika anak sudah siap untuk belajar keterampilan anger management
• anak di bawah 8 tahun belum memiliki kemampuan dasar untuk belajar keterampilan ini
• jika anak terlalu defensif, maka lebih produktif jika menggunakan family conflict management
Langkah 2: mengajarkan anak untuk "mendefinisikan" marah
• banyak anak yang tidak mengenali atau mengerti bahwa yang dirasakannya tersebut adalah marah.
• untuk bisa mengontrol kemarahan, anak perlu paham dulu bahwa marah adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul akibat sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita. Ajarkan ini pada anak dan minta pada anak untuk menggambarkan pada situasi apa saja ia merasakan marah.
Langkah 3: ajari anak untuk mengenali sinyal-sinyal kemarahan
• jelaskan pada anak kalau kita marah itu akan ada 3 sinyal, yaitu sinyal tubuh, pikiran, dan tindakan
- contoh sinyal tubuh: suhu badan jadi panas, keringatan, deg-degan
- contoh sinyal pikiran: aku benci kamu! aku ingin memecahkan sesuatu! aku bodoh!
- contoh sinyal tindakan: memukul, menangis, berteriak, dll
• kalau sudah didaftar semua sinyalnya, diskusikan dengan anak, minta anak untuk membayangkan saat-saat ketika ia marah dan sinyal-sinyal apa saja yang muncul di situasi tersebut
Langkah 4: mengajarkan anak untuk rileks
• tarik napas dalam: instruksikan dan demonstrasikan pada anak bagaimana caranya tarik napas dalam (intinya: tarik nafas sangat dalam lalu hembuskan dengan perlahan-lahan)
• visualisasi: minta anak untuk membayangkan situasi yang menenangkan. Misal: anak membayangkan ia sedang terapung-apung di atas rakit di danau.
• teknik robot: minta anak untuk menegangkan semua ototnya, katakan bahwa ia misalnya seperti robot. Lakukan selama 15 detik, lalu lemaskan seluruh otot tubuhnya selama 15 detik teruskan latihan ini sampai anak tahu seperti apa keadaan tubuh ketika sedang rileks
Langkah 5: ajari anak untuk melakukan "self talk", yakni berbicara sendiri dalam hati untuk menenangkan diri. Contoh : “Tenang.. tenang...., aku akan baik-baik saja, nggak apa-apa kok kalau aku ngga bisa...”
Langkah 6 (terakhir): ajari anak untuk bertindak
• langkah terakhir untuk belajar mengelola kemarahan adalah dengan mengambil tindakan yang merupakan pemecahan masalah terhadap situasi atau keadaan yang membuat seseorang marah
• hal ini mencakup: mengekspresikan perasaan, mengatakan harapan-harapannya dengan terbuka, dan lain-lain.
Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Langkah 1: tentukan jika anak sudah siap untuk belajar keterampilan anger management
• anak di bawah 8 tahun belum memiliki kemampuan dasar untuk belajar keterampilan ini
• jika anak terlalu defensif, maka lebih produktif jika menggunakan family conflict management
Langkah 2: mengajarkan anak untuk "mendefinisikan" marah
• banyak anak yang tidak mengenali atau mengerti bahwa yang dirasakannya tersebut adalah marah.
• untuk bisa mengontrol kemarahan, anak perlu paham dulu bahwa marah adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul akibat sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita. Ajarkan ini pada anak dan minta pada anak untuk menggambarkan pada situasi apa saja ia merasakan marah.
Langkah 3: ajari anak untuk mengenali sinyal-sinyal kemarahan
• jelaskan pada anak kalau kita marah itu akan ada 3 sinyal, yaitu sinyal tubuh, pikiran, dan tindakan
- contoh sinyal tubuh: suhu badan jadi panas, keringatan, deg-degan
- contoh sinyal pikiran: aku benci kamu! aku ingin memecahkan sesuatu! aku bodoh!
- contoh sinyal tindakan: memukul, menangis, berteriak, dll
• kalau sudah didaftar semua sinyalnya, diskusikan dengan anak, minta anak untuk membayangkan saat-saat ketika ia marah dan sinyal-sinyal apa saja yang muncul di situasi tersebut
Langkah 4: mengajarkan anak untuk rileks
• tarik napas dalam: instruksikan dan demonstrasikan pada anak bagaimana caranya tarik napas dalam (intinya: tarik nafas sangat dalam lalu hembuskan dengan perlahan-lahan)
• visualisasi: minta anak untuk membayangkan situasi yang menenangkan. Misal: anak membayangkan ia sedang terapung-apung di atas rakit di danau.
• teknik robot: minta anak untuk menegangkan semua ototnya, katakan bahwa ia misalnya seperti robot. Lakukan selama 15 detik, lalu lemaskan seluruh otot tubuhnya selama 15 detik teruskan latihan ini sampai anak tahu seperti apa keadaan tubuh ketika sedang rileks
Langkah 5: ajari anak untuk melakukan "self talk", yakni berbicara sendiri dalam hati untuk menenangkan diri. Contoh : “Tenang.. tenang...., aku akan baik-baik saja, nggak apa-apa kok kalau aku ngga bisa...”
Langkah 6 (terakhir): ajari anak untuk bertindak
• langkah terakhir untuk belajar mengelola kemarahan adalah dengan mengambil tindakan yang merupakan pemecahan masalah terhadap situasi atau keadaan yang membuat seseorang marah
• hal ini mencakup: mengekspresikan perasaan, mengatakan harapan-harapannya dengan terbuka, dan lain-lain.
Dita Mediasari S.psi
http://www.morinagaplatinum.com/blog/dr-morinaga/self-control-pada-anak-%28bagian-ketiga%29.aspx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar